-->

Sejarah Peristiwa Proklamasi dan Peristiwa Rengasdengklok

Selamat datang di berkaspengetahuan.com, blog sederhana yang berbagi ilmu pengetahuan dengan penuh keikhlasan. Kali ini kami akan berbagi ilmu tentang Sejarah Peristiwa Proklamasi dan Peristiwa Rengasdengklok, semoga ilmunya dapat bermanfaat ya :)

A. PERISTIWA PROKLAMASI

Sudah sangat lama Indonesia berada di dalam cengkraman penjajah, baik itu Belanda maupun Jepang. Sudah berpuluh-puluh tahun Indonesia berusaha untuk lepas dari keadaan tersebut. Munculnya pergerakan-pergerakan nasionalis di Indonesia, adalah awal mula munculnya golongan nasionalis yang berpikir bahwa Indonesia bisa menajdi suatu Negara yang berdaulat, yang bisa menentukan nasibnya sendiri.


Pada tahun 1945, Jepang yang masih menguasai Indonesia semakin terdesak oleh perang Asia Pasifik. Sebaliknya, rakyat Indonesia semakin terbakar semangatnya untuk merebut kemerdekaan dari tangan Jepang. Maka untuk memikat hati rakyat Indonesia, Jepang berjanji untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dalam waktu dekat, maka dibentuklah suatu badan yang bernama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945 atau Dokuritsu Junvi Cosakai. Badan ini diketuai oleh Dr. Radjiman Widoyoningrat dengan jumlah anggota keseluruhan ialah 62 orang.

Selanjutnya, pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945, BPUPKI mengadakan sidang sebagai usaha untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Adapun focus pembahasan pada siding pertama ini ialah membahas dasar dan falsafah Negara Indonesia. Dalam pembahasan tersebut, muncul dua orang tokoh yang mengemukakan pendapat, yaitu Moh.Yamin dan Ir.Soerkarno. masing-masing dari mereka mengusulkan 5 poin dasar yang dapat dijadikan sebagai dasar Negara Indonesia.

Pada tanggal 10 -17 Juli 1945, BPUPKI kembali mengadakan siding. Sidang kali ini membahas tentang Undang-Undang Dasar (UUD). Pada siding kali ini, BPUPKI berhasil membuat suatu rancangan Undang-Undang Dasar.

Peristiwa proklamasi berawal dari sebuah peristiwa penjatuhan bom atom oleh sekutu di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945. Hal itu membuat semangat serdadu Jepang mulai kendur. Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang telah dibentuk oleh Jepang pada tanggal 1 Maret 1945, sehari setelah jatuhnya bom atom tersebut, berubah nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Berubahnya BPUPKI menjadi PPKI tentunya memberikan harapan baru bagi perjuangan bangsa Indonesia. Tepat pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan oleh sekutu di kota Nagasaki. Peristiwa ini membuat Jepang tunduk dan menyerah kepada sekutu. Momen yang sangat tepat ini tentunya dimanfaatkan dengan baik oleh bangsa Indonesia.

Ir.Soekarno dan Mohd Hatta selaku dua tokoh PPKI bersama dengan Radjiman Widoyoningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, Vietnam untuk bertemu dengan perwakilan Jepang, Marsekal Terauchi. Mereka diming-iming oleh Jepang bahwa Jepang ingin memberikan kemerdekaan secepatnya kepada Indonesia. Hal lain muncul di dalam negeri, dimana Sutan Syahrir telah mendengar berita kekalahan Jepang terhadap sekutu melalui radio BBC.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, disaat perwakilan bangsa Indonesia telah pulang dari dalat, Vietnam, maka langsung Sutan Syahrir memerintahkan kepada golongan muda untuk segera mendesak golongan tua supaya dengan cepat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Mereka menganggap bahwa iming-iming yang diberikan oleh Jepang hanya sebagai bentuk penundaan dan secara tegas menolak hadiah “kemerdekaan” dari Jepang. Pada saat itu, Soekarno nerpikir bahwa Jepang belum benar-benar menyerahm sehingga ditakutkan akan terjadi pertumpahan darah besar-besaran jika proklamasi kemerdekaan tetap dilakukan.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo pergi ke rumah Laksamana Muda Maeda untuk memperoleh konfirmasi tentang menyerahnya Jepang. Sepulang dari rumah Maeda, mereka langsung sepakat untuk membicarakan persiapan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945 dalam bentuk rapat PPKI. Semulanya rapat direncanakan mulai pukul 10.00 WIB. Akan tetapi, baik Soekarno dan Hatta tidak hadir pada rapat tersebut dikarenakan telah diculik oleh golongan muda, peristiwa ini dikenal dengan nama “Peristiwa Rengasdengklok”.

Pada dinihari tanggal 16 Agustus 1945, golongan muda diantaranya Chaerul Saleh, dan Sukarni bersama para pemuda lainnya menculik dan membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, peristiwa ini dikenal dengan sebutan “peristiwa Rengasdengklok”.

Sejarah Peristiwa Proklamasi dan Peristiwa Rengasdengklok
Sejarah Peristiwa Proklamasi dan Peristiwa Rengasdengklok


B. PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Para golongan muda tetap bersikukuh bahwa proklamasi kemerdekaan haru sdilakukan secepatnya tanpa menunggu perintah atau intruksi lagi dari Jepang. Sebelumnya, Soekarno dan Mohd Hatta tetap pada pendiriannya yang belum ingin melakukan proklamasi kemerdekaan dikarenakan takut akan terjadi pertumpahan darah antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang. Namun para golongan muda tidak tinggal diam, mereka terus mendesak dan meyakinkan golongan tua untuk segera memproklamirkan kemerdekaan.

Mereka tetap bersikeras menolak rencana yang diberikan oleh Jepang, dan tetap mendesak Sokerno dan Hatta agar dengan cepat memproklamasikan kemerdekaan. Mereka dengan optimis bahwa apapun yang terjadi pada saat proklamasi, rakyat Indonesia telah siap dengan segala resiko yang ada.
Di Jakarta, golongan muda yang diwakili oleh Wikana dan golongan tua yang diwakili oleh Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Hasil perundingan menyatakan bahwa Ahmad Soebardjo menyetujui untuk segera dilaksanakannya proklamasi. Oleh Karena itu, diutuslah Yusuf Kunto ke rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta agar dibawa kembali ke Jakarta. Namun, Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan golongan muda untuk menunda kembali proklamasi kemerdekaan.

Malam harinya, Soekarno dan Mohd.Hatta pergi ke rumah Nishimura untuk membicarakan leboh lanjut perihal persiapan kemerdekaan. Namun, Nishimura ingkar janji dan mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengambil keputusan apapun perihal pemberian kemerdekaan bagi Indonesia, hal ini berdasarkan perintah dari Tokyo yang mengatakan bahwa Jepang harus menjaga status quo nya. Soekarno dan Hatta merasa kecewa dengan jawaban Nishimura. Menanggapi hal ini, Soekarno dan Hatta berpikir memang tidak ada gunanya lagi berdialog dengan Jepang.

Setelah dari rumah Nishimura, mereka melanjutkan perjalanan ke rumah Laksamana Maeda guna menyiapkan rapat untuk menyusun teks proklamasi. Tempat yang dipilih bertujuan untuk menghindari konfrontasi dari tentara Jepang mengingat Laksamana Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung angkatan Laut di Daerah kekuasaan Angkatan Darat. Penyusunan teks proklamasi pun dilakukan oleh Soekarno, Mohd.Hatta, dan Achmad Soebardjo, serta disaksikan oleh BM.Diah, Sudiro, dan Sayuti Melik.

Banyak pertimbangan yang dipikirkan oleh para tokoh tersebut dalam menyelesaikan teks proklamasi. Perundingan dilakukan oleh golongan muda dan golongan tua. Degan perdebatan yang panjang, Soekarno akhirnya merampungkan naskah proklamasi yang ditulis sendiri di atas sebuah kertas, berikut bunyinya :

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menJatakan kemerdekaan Indonesia. Hal2 Jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17-8-‘05
Wakil2 bangsa Indonesia

Setelah naskah proklamasi selesai disusun, maka muncul permasalahan baru yaitu perdebatan mengenai siapa yang akan menanda tangani naskah tersebut. Mohd.hatta mengusulkan naskah harus ditandatangani oleh seluruh orang yang hadir pada saat penyusunan sebagai wakil dari bangsa Indonesia. Namun, Sukarni membantah dengan mengusulkan naskah proklamasi cukup ditanda tangani oleh Soekarno dan Mohd.Hatta. Hal ini didasari pada kekuatan dwitunggal yang dimiliki oleh Soekarno dan Hatta yang mana pengaruh keduanya sangat signifikan di dalam bangsa Indonesia. Soekarno menyetujui usulan Sukarni. Maka diperintahkanlah Sayuti Melik  untuk menyalin dan mengetik teks dari tulisan tangan Soekarno dengan beberapa perbaikan, diantaranya :

a. Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”.
b. Konsep “wakil-wakil bangsa Indonesia” diubah menjadi “atas nama bangsa Indonesia”.
c. Tulisan “Djakarta 17-08-‘05”, diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen ‘05”.
d. Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.

Acara pembacaan teks proklamasi pun direncanakan akan dilakukan besok pada pukul 10.00 WIB di lapangan Ikada. Namun dengan alasan keamanan, acara pun dipindahkan ke kediaman Soekarno di Jl.Pengangsaan Timur no.56.

Di kediaman Soekarno telah hadir beberapa tokoh pemuda diantaranya Soewirjo, Wilopo, dan Tabrani. Acara pun dimulai pada pukul 10.00 WIB diawali dengan pembacaan teks proklamasi, lalu diikuti dengan pidato singkat oleh Soekarno, dan diikuti pengibaran bendera Merah Putih yang dijahit oleh Fatmawati.

Dengan pembacaan teks proklamasi yang telah dibacakan oleh Ir.Soekarno, maka dapat dipastikan bahwa Indonesia telah berpisah dari Jepang dan merdeka. Ribuan orang yang memadati rumah kediaman Soekarno berteriak gembira dan larut dalam emosi kemenangan.


Nah itulah postingan kali ini tentang Sejarah Peristiwa Proklamasi dan Peristiwa Rengasdengklok. Semoga ilmunya dapat bermanfaat. Apabila ada yang ingin ditanyakan silahkan sahabat menanyakannya melalui kotak komentar di bawa. Terimakasih telah berkunjung di berkaspengetahuan.com, jangan lupa follow, like dan komentarnya. :)

Click to comment